PESONA KAMPUNG GLINTUNG BERDAYA LESTARI DAN RAMAH LINGKUNGAN
PESONA KAMPUNG GLINTUNG
BERDAYA LESTARI
DAN RAMAH LINGKUNGAN
Oleh Nafi’atul Istifadah
Kampung Glintung atau yang
lebih dikenal dengan kampung 3G “Glintung Go
Green” berlokasi di RW 23 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota
Malang, dahulunya merupakan kampung kumuh dengan berbagai masalah lingkungan, hingga
sekarang menjelma menjadi kampung berdaya lestari dan ramah lingkungan. Sebelum
menjadi kampung 3G “Glintung Go Green”,
dahulunya kampung ini merupakan kawasan slum
area yang sering kali terendam banjir ketika musim penghujan datang. Usaha
perbaikan kampung Glintung, dilatarbelakangi oleh permasalahan banjir musiman
yang disebabkan intensitas curah hujan tinggi saat musim penghujan dan kondisi drainase
kampung yang kurang baik dan tidak memadai, sehingga air hujan selalu tergenang
karena tidak terdapat daerah resapan air.
Kondisi
kampung Glintung yang tergenang air hujan karena buruknya drainase terjadi sebelum
dicanangkannya program 3G “Glintung Go
Green”.
Melihat
kondisi kampung Glintung yang kumuh, Ketua RW 23 Ir. H. Bambang Irianto mencoba
merubah keadaan kampungnya bersama masyarakat baik dari segi internal,
eksternal, struktur, ataupun cara kerja untuk memperbaiki kualitas hidup. Ketua
RW Ir. H. Bambang Irianto mulai dengan melakukan penyuluhan dan berupaya untuk
merubah mindset masyarakat agar sadar
lingkungan sehingga, turut serta berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Glintung
berdaya lestari dan ramah lingkungan. Inisiatifnya diwujudkan dalam sebuah
gerakan sosial bernama Glintung Go Green (3G)
dan Gerakan Menabung Air (Gemar). Pembangunan sistem sosial ini diawali dengan
menganalisa faktor-faktor penyebab banjir, dan masalah lingkungan yang lain.
Hal ini menjadi salah satu bentuk transfer ide yang dilakukan oleh kampung
Glintung dalam menghadapi permasalahan lingkungan.
Gerakan 3G
dimulai dengan kegiatan paling mendasar, yaitu penghijauan lingkungan yang
diluncurkan pada bulan Februari 2002. Gerakan ini sekaligus mendukung program
Pemerintah Kota Malang terkait gerakan penghijauan “Malang Ijo Royo-royo”.
Dalam pelaksanaannya basis gotong royong dalam tema kerja bakti menjadi
semangat awal yang dimiliki masyarakat kampung Glintung menuju perubahan
lingkungan permukiman yang bersih, sehat, dan hijau. Diawali dengan penyediaan
tanaman setiap rumah, dimana setiap rumah wajib memiliki tanaman hijau sebagai
persyaratan memperoleh layanan administrasi kependudukan. Bagi mereka yang
belum mampu membeli tanaman, pihak RW menyediakan tanaman dan yang bersangkutan
wajib merawatnya.
Kinerja
masyarakat Glintung dalam implementasi program 3G menarik perhatian Pemda Kota
Malang, Menkominfo, Kemendiknas, Kementerian Pertanian, Universitas Brawijaya,
hingga Universitas Tokyo Jepang. Mitra Strategi dan konsultasi dibutuhkan,
sebagai bagian dari kerjasama untuk pengembangan kawasan lingkungan yang
sejalan dengan harapan masyarakat di RW 23, baik melalui institusi pemerintah,
dan non-pemerintah. Fase ini membuahkan gagasan yang menginisiasi pembangunan
biopori-biopori dan sumur-sumur resapan, keberhasilan pembangunan biopori dan
sumur resapan untuk menanggulangi banjir dan pengaturan sistem drainase, yang
kemudian dinamain Gemar (Gerakan Menabung Air). Gerakan ini dicetuskan
mengingat sistem kanalisasi yang selama ini dilakukan untuk menanggulangi
banjir di banyak daerah tidak sepenuhnya efektif, karena hanya memindahkan
banjir dari satu tempat ke tempat lain.
Upaya pengadaan
daerah resapan air meliputi pembuatan biopori jumbo, parit resapan, bak kontrol
resapan, dan sumur injeksi. Langkah ini dirasa tepat untuk menanggulangi
kurangnya daerah resapan air di daerah perkotaan dengan pemukiman padat
penduduk. Biopori jumbo dengan diameter 60 – 70 cm ini, merupakan inovasi yang
dikembangkan untuk memperbanyak jumlah air hujan yang mampu ditampung dan
diresapkan dengan optimal. Parit resapan, bak kontrol, dan sumur injeksi
menjadi serangkaian inovasi untuk menyerap air hujan sehingga dapat
dimanfaatkan oleh warga. Hingga saat ini kampung Glintung telah terdapat 1.100
biopori dengan berbagai macam ukuran, 3 parit resapan, dan 7 sumur injeksi yang
memiliki daya serap 101.300 liter/1 kali hujan.
Pengadaan daerah resapan air dalam Gemar (Gerakan Menabung Air) dimulai
dari pembuatan (a) Biopori (b) Bak kontrol sumur resapan (c)Skema Sumur
Resapan.
Setelah
sukses dengan program Gerakan Menabung Air (Gemar), program awal terkait 3G
(Glintung Go Green) terus digalakkan,
dan mendapatkan respon poritif dari berbagai pihak. Kemudian, pada tahun 2010 masyarakat
kampung Glintung mulai menanam apa saja, dan memanfaatkan barang-barang bekas
seperti panci, timba air sebagai pot untuk tanamannya. Dengan kondisi lahan
pemukiman yang padat penduduk dan ketersediaan lahan yang kurang memadai untuk
bertani dan berkebun, masyarakat kampung Glintung berinisiatif menggunakan
media tanam dengan polybag, metode
hidroponik, vertical garden, sky garden, dan
fly garden.
Proses
pembangunan kampung Glintung berlangsung secara bertahap, mulai awal pencetusan
tahun 2002 kemudian massif digalakkan pada tahun 2010 – 2013. Glintung mampu
menjawab permasalahan yang selama ini menjadi keresahan banyak pihak. Gerakan ini
dimulai dari hal sederhana yang dikembangkan dan dibiasakan terus-menerus
hingga membentuk kebudayaan yang menjadi kekaguman banyak pihak.
Proses Perbaikan Kampung Glintung Sebagai Program 3G
”Glintung Go Green”
Gerakan Menabung Air dan Gerakan 3G yang diusung ketua
RW 23 Ir. H. Bambang Irianto bersama
masyarakat kampung Glintung memberi dampak besar terhadap kelestarian
lingkungan dan kelestarian sumber daya air, hal ini dibuktikan dengan mulai
munculnya mata air kecil di pekarangan rumah warga. Kawasan yang semula slum area kini telah bertransformasi
menjadi tempat konservasi air dan budidaya sayuran serta tanaman, mulai dari
tanaman hias hingga tanaman obat keluarga. Program yang digalakkan masyarakat
ini menambah nilai guna kampung Glintung yang awalnya kawasan slum area berubah menjadi pusat
konservasi air, budidaya tanaman, hingga tempat wisata edukasi yang menarik
bagi masyarakat. Selain 2 program diatas, yaitu Gemar dan 3G masyarakat kampung
Glintug terus berinovasi dengan menciptakan media pembelajaran yang menarik
bagi anak TK dengan budidaya tanaman dengan sistem embun, dimana dari percikan
air yang tersorot matahari sekitar pukul 10.00 pagi akan membentuk gradasi
warna pelangi.
Keberhasilan
Kampung 3G dalam menciptakan pemberdayaan tidak hanya terwujud pada lingkungan,
akan tetapi masyarakat juga mendapat keuntungan dan pekerjaan tambahan dengan
menghasilkan aneka produk hidroponik yang dijual ke masyarakat sekitar kampung.
Usaha masyarakat semakin berkembang dengan adanya kampung 3G sebagai salah satu
wisata edukasi, banyak wisatawan yang berkunjung dan melakukan penelitian dalam
rangka pembelajaran tentang konservasi air dan bank sampah. Program Gerakan
GEMAR dan 3G mendorong ketertarikan masyarakat luas untuk mengetahui
perkembangan pesat kampung Glintung. Hingga dibuatlah buku tentang kampung 3G
dan buku manfaat tanaman budidaya di kampung Glintung, serta dipasarkan kepada
wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Perkembangan
ekonomi dan sistem sosial kampung ini berdampak baik terhadap relasi sosial
ekonomi antar warga masyarakat. Sejak awal tahun 2012 organisasi sosial
masyarakat kampung Glintung mulai dibentuk dan diberdayakan secara aktif,
seperti Jasa Glintung, PKK, Karang Taruna dan tim IT (Informasi dan Teknologi).
Koperasi Jasa Glintung ini telah memperoleh sertifikasi dan diakusi secara
hukum. Oraganisasi PKK diberdayakan melalui beragam aktivitas diantaranya, pemilahan
sampah di bank sampah Dewandaru, dan masih banyak program lain pada tiap
organisasi masyarakat yang dibentuk.
Kampung
Glintung berhasil meraih berbagai prestasi dan penghargaan, diantaranya: Juara
1 Lomba Kampung Hijau tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Radar Malang dan
Juara 1 Lomba Green and Clean 2017. Kampung
3G ini mendapat pengakuan dari Dirjen Otonomi Daerah, Kemendagri sebagai
kampung percontohan nasional, selain itu kampung ini juga terpilih menjadi
wajah inovasi di kancah dunia. Hal ini dibuktikan dengan adanya prestasi yang
sempat diraih oleh kampung 3G dalam ajang Guangzhou
Award For Urban Innovation sebagai 15 Top dari 301 kota di dunia.
Comments
Post a Comment